1. Adopsi virtualisasi storage dan dynamic provisioning semakin cepat.
Keduanya menjadi fondasi bagi penerapan komputasi awan dan data center yang dinamis dengan tingkat ketersediaan tinggi. Virtualisasi storage, virtualisasi dari array storage eksternal memungkinkan migrasi dari satu array ke array yang lain tanpa gangguan. Sementara itu, dynamic provisioning memungkinkan storage disediakan dalam hitungan menit.
2. Integrasi virtualisasi server dan storage semakin erat.
Integrasi ini diperlukan untuk meningkatkan adopsi virtualisasi data center. Saat ini, virtualisasi server sudah matang melebihi pengurangan biaya dari konsolidasi server print, file, test dan development untuk mendukung server aplikasi tier 1. Virtualisasi server memerlukan integrasi virtualisasi array storage yang bisa mengurangi 'leher botol' I/O peranti lunak seperti SCSI, sehingga bisa memenuhi kebutuhan aplikasi kelas enterprise.
3. Adopsi virtual tiering untuk manajemen daur hidup.
Saat ini, virtual tiering mampu mengalokasikan volume ke satu pool of storage (kumpulan storage) yang berisi kinerja, biaya dan jumlah tier pada storage. Virtual tiering juga memiliki kecerdasan untuk memindahkan komponen dari volume tersebut ke tier yang lain berdasarkan jumlah akses.
Pengguna tak perlu mengklasifikasikan sebuah volume dan mengalokasikannya ke satu tier storage. Pengguna juga tak perlu menaikkan atau menurunkan volume ke tier tertentu berdasarkan aktivitas. Virtual Tiering atau Dynamic Tiering akan melakukannya secara otomatis tanpa perlu melakukan klasifikasi atau pemindahan antar tier.
4. Saatnya menggunakan SSD (Solid State Drive) dalam konfigurasi virtual tier.
SSD mampu meningkatkan kinerja sekaligus menurunkan biaya dalam konfigurasi virtual tier. Saat ini, 80% lebih volume tergolong tidak aktif, hanya sedikit saja jumlah SSD yang dibutuhkan dalam Tier 1 untuk melayani komponen-komponen yang aktif dari satu volume.
Sebagian besar volume bisa memakai drive SAS atau SATA yang lebih murah. Pool storage multi-tier yang memiliki sedikit SSD dan banyak drive SAS atau SATA akan lebih murah dibandingkan satu pool drive SAS dengan total kapasitas yang sama dan memberikan IOP empat sampai lima kali lipat.
5. Adopsi Serial Attached SCSI (SAS) untuk sistem storage enterprise.
Tidak seperti Fibre Channel (FC) loop yang digunakan mendukung drive FC pada sistem-sistem storage tua, SAS adalah protokol point-to-point. FC loop mensyaratkan setiap drive dalam loop membantu akses ke loop tersebut yang mengakibatkan inefisiensi. Jika drive yang lebih cepat – seperti drive SSD - disambungkan ke loop itu, akan menghabiskan loop tersebut sehingga drive yang lain tidak kebagian akses.
Kebanyakan drive SAS saat ini berkecepatan 6Gbps dan sebagian besar FC loop adalah 4Gbps. Dengan demikian, SAS memiliki kinerja yang lebih cepat dengan akses point-to-point sehingga lebih mudah menemukan drive yang gagal dibandingkan FC loops. SAS juga kompatibel dengan SATA. Satu-satunya perbedaan adalah port-nya, SAS memiliki port ganda sedangkan SATA port tunggal.
6. Drive SFF (Small Form Factor), akan semakin banyak ditemui.
Terutama karena efisiensi daya dan pendinginan yang dimiliki SFF. Peranti SFF adalah drive 2,5 inch yang mengkonsumsi daya sekitar 6 sampai 8 watt, dibandingkan drive Large Form Factor (LFF) 3,5 inci yang memakan 12 sampai 15 watt. Dengan demikian, SFF memangkas daya dan pendinginan secara dramatis, ditambah juga penghematan dari pemakaian ruangan.
Sejumlah vendor mengemas 24 disk SFF dalam satu laci setinggi 2U dengan lebar 33,5 inci. Hitachi mengemas AMS dan Virtual Storage Platform (VSP) sehingga lebih padat. Satu laci AMS memiliki 48 drive setinggi 3U dengan lebar 24 inci. Laci ini bisa ditarik untuk pemeliharaan dengan 48 disk masih berputar.
7. Awan diterima sebagai salah satu model infrastruktur.
Komputasi Awan akan mulai diterima sebagai salah satu konsep yang teruji. Sejumlah landasan ke Awan akan mendorong adopsi dengan menyediakan sejumlah peranti manajeman dan lapisan orkestrasi yang menyediakan transparansi seluruh proses.
8. Konvergensi data center melonjak.
Konvergensi infrastruktur server, storage dan jaringan akan menyederhanakan dan mempercepat penggelaran aplikasi. Penggunaan server, hypervisor, storage dan virtualisasi jaringan memberikan jalan bagi platform terbuka yang memastikan perlindungan investasi dan pilihan bagi pengguna.
9. Aplikasi semakin transparan dalam virtualisasi storage atau aplikasi akan membutuhkan infrastruktur Awan.
Tanpa transparansi ini, para pengguna aplikasi tidak bisa mengetahui apakah target Service Level Agreement (SLA) sudah tercapai, bagaimana mengetahui mekanisme penagihannya, perencanaan utilisasi dan tingkat kesehatan dari infrastrukturnya.
Peranti lunak manajemen bisa menyediakan dashboard aplikasi bagi unit bisnis yang menggunakannya sesuai dengan target SLA. Dashboard tersebut menunjukkan status SLA, alokasi disk, tipe RAID, port storage dan tingkat kesehatan infrastruktur yang digunakan, serta kapasitas pemakaian.
10. Layanan terkelola (managed services) jarak jauh mulai tersedia.
Remote Managed Services ini akan mengurangi beban monitoring, pelaporan, peringatan dan manajemen yang menghambat operasional TI beralih ke teknologi baru. Selama lebih dari 10 tahun, mandat yang diberikan kepada TI adalah mengerjakan lebih banyak hal dengan lebih sedikit sehingga staf disibukkan dengan pemeliharaan teknologi yang sama. Untuk melakukan transformasi data center, staf TI harus mencari waktu untuk pelatihan, perencanaan dan eksekusi.
Sekelompok ahli TI yang beroperasi di luar Service Operations Center menggunakan peranti manajemen jarak jauh bisa meningkatkan kemampuan ini ke berbagai instalasi dengan biaya yang lebih diterima dan mendorong lebih cepat tingkat pengembalian investasi.
Storage Video
###################################################
Thanks for Visit http://fakta-dan-unik.blogspot.com
Powered by http://teguhtriharto.blogspot.com